Depok | Kabarsukabumi.com -Lembaga penyelenggaran pendidikan yang seharusnya memberikan contoh baik kepada murid didik di pondok pesantren yang seharusnya untuk pembelajaran ramah kepada murid-muridnya, di Pastikan terciptanya pondok pesantren, dan lingkungan sekitarnya nyaman, agar para murid tersebut betah, khushuk dalam beribadah, senang belajar, bermain dan berinteraksi sebagai upaya pencegahan kekerasan terhadap murid.


Foto: Ustadz Sandy, pengurus Pondok Pesantren.

Dalam hal tersebut. Pondok pesantren Qotrun Nada yang beralamat di Cipayung Depok, kurang melakukan pengawasan kepada para pengurus pondok pesantren terutama kepada santrinya yang kurang manusiawi.

Hal ini terbukti dengan menyusul adanya dugaan kasus kekerasan terhadap para santri yang berujung pengaduan kepada wali wali santri pondok pesantren Qotrun Nada yang beralamat di Cipayung Depok, pada Selasa 04/1/2022.

Dalam Pasal 4 Undang-Undang (UU) Nomor 18 Tahun 2019 tentang pesantren, diamanatkan bahwa pesantren memiliki fungsi pendidikan.

Ada beberapa wali santri mengadu, bahwasanya.. Ia, itu juga saya rayu baru mau bilang pas dia bilang fitnah bahwa dia di injek dada nya say marah kenapa baru bilang. Pa itu tuh telpon mamah "R"  kemarin di bilang sama saodaranya katanya dapet kekerasan juga kls 1 aliyah cuma dia mudabir tapi jadi mudabir nya ga bisa selalu galak sama anak anak, terus dia dapat kekerasan dari keamanan pondok juga.

"Celananya pun juga pernah di gunting gunting Ini masih aku simpan kalau yang gunting celana itu pengurusnya udah mau lulus mom kalau yang ngijek dada "Z" mudabir oknumnya "ARP" aku masih diyem aja belum laporan sama habib Abubakar kalau beliua tau pasti di bilagin mereka. Itu mom, udah ada 2 bulan yang lalu, periksa aja celananya lasung di gunting aja," menurut Orang tua wali santri ketika Kabarsukabumi.com mengkonfirmasi hal ini lewat pesan singkat.

“Saat di konfirmasi oleh para awak media, ustadz Sandi Maelas salah seorang pengurus pondok pesantren Qotrun Nada mengatakan semua permasalahan ini sudah selesai karena masih merupakan Interen pondok pesantren dan wali santri,” ucapnya

Menurut pengakuan ustadz Sandy, murid santri tersebut tidak sakit, dan oknumnya tidak memukul santri itu hanya di tegur saja karena menelpon orang tuannya belum waktunya.

Berbeda dengan yang di jelaskan oleh orang tua dari salah satu korban kekerasan, seorang wali santri sebut saja "SP" mengatakan. “Saat kejadian tersebut anak saya tidak sedang menelpon tetapi anak saya dari lante atas pondok pesantren jendela lantai 3 sedang berbicara dengan saya yang berada diluar pondok sambil menangis,” kata salah satu orang dari wali.

Kemudian istrinya pun masuk kedalam pondok Pesantren dan menanyakan hal tersebut kepada anaknya, ia mengatakan bahwa ia di pukul oleh salah satu pengurus pondok pesantren, ungkapnya. 


Foto: Hasil Pemeriksaan Lap.

“Setelah itu "SP" mencoba membawa anaknya ke dokter untuk melakukan pemeriksaan kesehatan dikarenakan memang anaknya di pondok Pesantren dalam keadaan sakit, saat Kabarsukabumi.com mencoba konfirmasi hal ini kepada orang tua santri, ternyata korban baru saja selesai pulang dari dokter, dan langsung "SP" memperlihatkan hasil tes darah dari anaknya bahwa hasilnya dinyatakan positif tipes.”

“Hal ini sangat disayangkan oleh "SP" orang tua dari wali santri tersebut, kenapa disaat anak saya sakit tidak langsung dibawa ke klinik terdekat, harus menunggu sampai orang tua santri yang datang baru dibawah pulang dan melakukan pemeriksaan langsung ke Dokter,” ucap "SP"

Adannya media di pondok Pesantren tersebut untuk mengklarifikasi hal ini, bertemu oknum pengurus yang di duga melakukan pemukulan, tidak dapat di temui media karena ini masalah internal pondok pesantren "Qotrun Nada", tutup Ustadz Sandy selaku pengurus. (TRc PWRI)