Kabarsukabumi.com - Setiap daerah pasti memiliki makanan dengan ciri khas masing-masing. Selain dari bentuk dan rasanya, makanan khas daerah ini juga memiliki aroma yang berbeda. Daerah yang memiliki makanan khas unik, salah satunya yaitu Sukabumi bagian selatan, Jampang.

Jampang adalah nama sebuah kecamatan di Sukabumi Selatan. Orang-orang mungkin akan lebih mengenal Jampang daripada kecamatan lain misalnya Surade, Ciaracap, Ciemas, dan lain-lain.

Cemilan yang satu ini sudah tidak asing lagi di kalangan masyarakat Jampang Kulon, Kabupaten Sukabumi. Namanya Opak, terbuat dari beras ketan putih dan kelapa, diolah secara tradisional dengan memakai tungku.

Dian Herlina selaku pemilik industri kecil menengah (IKM) Pawon Moghes menceritakan awal keseriusannya menggeluti usaha camilan khas Jampang ini.

Berikut wawancara kabarsukabumi.com dengan owner IKM Pawon Moghes:

“Berawal dari seringnya mondar mandir Bandung-Sukabumi (besar di Bandung, sekolah di Bandung) nah di tahun 2008 pindah ke Surade Sukabumi (pulang kampung) ceritanya, saat itu pas masih bolak balik Bandung –Sukabumi kalau setiap habis pulang kampung temen-temen pasti selalu nanya mana oleh-oleh khas dari sana (Jampang),” paparnya.

Sampai satu ketika ditahun 2017 lanjut Dian, rekan di Surade ada kegiatan festival UMKM Sukabumi di Yogya dept store. waktu itu saya hanya sebatas ikut menjaga stand saja. Di minggu pertama itu banyak yang tanya opak nya mana? kebetulan saat itu yang dibazarkan produk pajampangan itu baru kopi Djampang, kebul Jampang, t-shirt Teluh Jampang sama batik Pajampangan Khaindra. Cerita minggu kedua pulang dulu (gantian jaga stand dengan rekan). Pulang ke Surade langsung cari opak tapi masih kebingungan dikemasan harus seperti apa (melihat produk-produk Sukabumi yang kemasan sudah menarik).

Di minggu kedua saya kembali jaga stand dan saya bawa opak, dulu brand nya opak Jampang saya beli ke pengrajin, opak jadul yang besar-besar kemudian saya kemas ulang. Dimulai dari sini banyak masukan-masukan yang saya dapat terutama dari tamu-tamu kedinasan Dinas KUKM serta waktu itu (diantaranya Dinas IKM, Perindustrian dan perdangan ) dari mulai inovasi bentuk, rasa, perizinan, legalitas produk,  yang kebetulan waktu itu saya tidak mengetahui seperti apa sih produk yang baik itu! saya hanya memenuhi permintaan konsumen, laku sudah. Namun setelah mendapatkan masukan dan mengamati para rekan umkm yang waktu itu hadir di kegiatan tersebut, munculah ide berwirausaha.

Alasannya tentu ingin mengangkat produk lokal khas Pajampangan ini dikenal dan dapat diterima oleh masyarakt luas, jangan sampai ketika si pengrajin opak ini meninggal dunia produknya ikut terkubur. (melestarikan warisan leluhur di bidang makanan/ cemilan khas tradisional pajampangan ). Setelah itu saya melakukan riset dan eksperimen, mulai dari bentuk, ukuran, varian rasa dan kemasan.

-    Awal kemasan divariasi dan diberi nama G-Opak

Karna opak itu bentuknya besar bulan (d=10cm kurang lebih ) orang sunda bilang mah anggarubang (besar.red) diperkecilah ukuran menjadi sekali suap (d= 3cm kurang), ini secara otomatis memudahkan dalam penyimpanan dan bisa dibawa kemana-mana gak ribet, bisa masuk ke tas gak banyak memakan tempat, kemudian kemasanpun dirubah menjadi kemasan standing pouch almunium foil. Dengan desain mengangkat salah satu destinasi wisata Geopark Ciletuh Palabuhanratu, hematnya sambil promosi wisata juga, karena melirik isu yang sedang booming isu CPUGGp dan ingin opak Jampang ini bisa jadi oleh-oleh CPUGGp juga.

Melirik isu tersebut untuk memudahkan saya beri brand G-opak itu plesetan dari geopark dan menekan kan ieu ge opak (ini loh Geopark.red). (klopun dari segi tampilan kemasan, ukuran sudah berubah) dan harapannya ketika orang-orang main ke Geopark itu ingat akan cemilan khas Geopark mengingat kami yang ada di kawasan ini.

Masih lagi-lagi isu geopark yang dimana motto Geopark itu sendiri memakmurkan bumi dan mensejahterakan masyarakatnya. saya pun menggaris bawahi mensejahterakan masyarakat ini ujung-ujung uang, ujung-ujungnya ekonomi. Dan melihat mengamati di lingkunngan sekitar yang tidak dapat dipungkiri banyak kaum ibu muda yang hendak membantu perekonomian keluarga memilih menjadi TKW. Miris hati, dan bertekadlah saat ini usaha yang saya rintis harus bsa bermanfaat juga untuk orang lain (masyarakat sekitar) khususnya kaum perempuan (pemberdayaan ibu-ibu) kalaupun hasil yang didapat kecil, dengan keyakinan kami berproses.

Itulah wawancara dengan pemilik IKM  Pawon Moghes, semoga tetap lestari, walaupun kenyataannya para pembuat makanan khas ini sudah mulai jarang